- IPV4 & IPV6
IPV4 adalah format protokol yang telah dipakai pada saaat awal internet ada. ipv4 ini berformat 32 biner, dengan perkembangan internet sekarang ini dengan banyak pengguna yang menggunakannya, kemungkinan penggunaan IPv4 tidak memadai lagi. Dengan hanya 32 bit format address hanya bisa menampung kebutuhan :32
= 2 IPv4 AddressBayangkan dengan Nilai Maximum diatas menurut penilitian 20 tahun lagi pengguna internet akan lebih dari nilai maximum IPv4.Langkah antisipasi awal sebenarnya sudah dilakukan dengan teknologi NAT (Network Address Translation) yang bekerja dengan cara melakukan penterjemahan satu alamat IPv4 public ke banyak IPv4 private.Sehingga satu alamat IPv4 public bisa dipergunakan untuk banyak perangkat yang akan terkoneksi ke internet.
= 4,294,967,296 IPv4 Address
Pada  tahun 1992 IETF selaku komunitas terbuka internet membuka diskusi para  pakar untuk mengatasi masalah ini dengan mencari format alamat IP  generasi berikutnya setelah IPv4 (IPng, IP Next Generation) yang  kemudian menghasilkan banyak RFC (request for comments) yakni dokumen  stardard yang membahas protocol, program, prosedur serta konsep internet  IPv6.
Setelah melalui pembahasan yang panjang, pada tahun 1995 ditetapkan melalui RFC2460 alamat IP versi 6 sebagai IP generasi berikutnya (IPng) pengganti IP versi 4.
Setelah melalui pembahasan yang panjang, pada tahun 1995 ditetapkan melalui RFC2460 alamat IP versi 6 sebagai IP generasi berikutnya (IPng) pengganti IP versi 4.
IPv6 ini menggunakan format 128 bit binary sehingga bisa menampung kebutuhan :
128
= 2 IPv6 Address
= 340,282,366,920,938,463,463,374,607,431,768,211,456 IPv6 Address
Pengembangan IPv6 sampai saat ini sudah dilakukan oleh banyak pihak yang ada di seluruh dunia termasuk Service Provider, Internet Exchange Point, ISP regional, Militer serta Universitas.
- SUBNETTING
Mengapa harus melakukan subnetting? Ada beberapa alasan mengapa kita perlu melakukan subnetting, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address.
- Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan daam suatu network, karena Router IP hanya dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda jika setiap network memiliki address network yang unik.
- Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya host dalam suatu network.
Penulisan IP address umumnya adalah dengan  192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini  artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask  255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari  penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau  dengan kata lain, subnet masknya adalah:  11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang  disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan  pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja  yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan  tabel di bawah:
| 
 | 
 | 
|---|
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Ok, sekarang mari langsung latihan saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan: Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya  semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah  subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast  yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:- Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
- Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
- Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
| Subnet | 192.168.1.0 | 192.168.1.64 | 192.168.1.128 | 192.168.1.192 | 
| Host Pertama | 192.168.1.1 | 192.168.1.65 | 192.168.1.129 | 192.168.1.193 | 
| Host Terakhir | 192.168.1.62 | 192.168.1.126 | 192.168.1.190 | 192.168.1.254 | 
| Broadcast | 192.168.1.63 | 192.168.1.127 | 192.168.1.191 | 192.168.1.255 | 
Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address  Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain,  dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan  untuk subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba  menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.
| Subnet Mask | Nilai CIDR | 
| 255.255.255.128 | /25 | 
| 255.255.255.192 | /26 | 
| 255.255.255.224 | /27 | 
| 255.255.255.240 | /28 | 
| 255.255.255.248 | /29 | 
| 255.255.255.252 | /30 | 
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
| 
 | 
 | 
|---|
Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
- Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
- Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
- Alamat host dan broadcast yang valid?
| Subnet | 172.16.0.0 | 172.16.64.0 | 172.16.128.0 | 172.16.192.0 | 
| Host Pertama | 172.16.0.1 | 172.16.64.1 | 172.16.128.1 | 172.16.192.1 | 
| Host Terakhir | 172.16.63.254 | 172.16.127.254 | 172.16.191.254 | 172.16.255.254 | 
| Broadcast | 172.16.63.255 | 172.16.127.255 | 172.16.191.255 | 172.16..255.255 | 
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
- Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
- Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
- Alamat host dan broadcast yang valid?
| Subnet | 172.16.0.0 | 172.16.0.128 | 172.16.1.0 | … | 172.16.255.128 | 
| Host Pertama | 172.16.0.1 | 172.16.0.129 | 172.16.1.1 | … | 172.16.255.129 | 
| Host Terakhir | 172.16.0.126 | 172.16.0.254 | 172.16.1.126 | … | 172.16.255.254 | 
| Broadcast | 172.16.0.127 | 172.16.0.255 | 172.16.1.127 | … | 172.16.255.255 | 
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
- Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
- Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
- Alamat host dan broadcast yang valid?
| Subnet | 10.0.0.0 | 10.1.0.0 | … | 10.254.0.0 | 10.255.0.0 | 
| Host Pertama | 10.0.0.1 | 10.1.0.1 | … | 10.254.0.1 | 10.255.0.1 | 
| Host Terakhir | 10.0.255.254 | 10.1.255.254 | … | 10.254.255.254 | 10.255.255.254 | 
| Broadcast | 10.0.255.255 | 10.1.255.255 | … | 10.254.255.255 | 10.255.255.255 | 
Mudah-mudahan sudah setelah anda membaca paragraf  terakhir ini, anda sudah memahami penghitungan subnetting dengan baik.  Kalaupun belum paham juga, anda ulangi terus artikel ini pelan-pelan  dari atas.  
Catatan: Semua penghitungan subnet  diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung  secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah  2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones)  ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di  kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes),  sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test  CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2
- NAT
NAT (Network Address Translation) atau Penafsiran alamat jaringan adalah suatu metode untuk menghubungkan lebih dari satu komputer ke jaringan internet dengan menggunakan satu alamat IP.  Banyaknya penggunaan metode ini disebabkan karena ketersediaan alamat  IP yang terbatas, kebutuhan akan keamanan (security), dan kemudahan  serta fleksibilitas dalam administrasi jaringan.
NAT merupakan salah  satu protocol dalam suatu sistem jaringan, NAT memungkinkan suatu  jaringan dengan ip atau internet protocol yang bersifat privat atau  privat ip yang sifatnya belum teregistrasi di jaringan internet  untuk mengakses jalur internet, hal ini berarti suatu alamat ip  dapat mengakses internet dengan menggunakan ip privat atau bukan  menggunakan ip public, NAT biasanya dibenamkan dalam sebuah router, NAT  juga sering digunakan untuk menggabungkan atau menghubungkan dua  jaringan yang berbeda, dan mentranslate atau menterjemahkan ip privat  atau bukan ip public dalam jaringan internal ke dalam jaringan yang  legal network sehingga memiliki hak untuk melakukan akses data dalam  sebuah jaringan.
TIPE-TIPE NAT
NAT atau Network Address Translation memiliki dua tipe, yaitu :
- NAT Tipe Statis
- NAT Tipe Dinamis
Pengertian NAT Tipe Statis
Static NAT atau NAT  statis menggunakan table routing yang tetap, atau alokasi translasi  alamat ip ditetapkan sesuai dengan alamat asal atau source ke alamat  tujuan atau destination, sehingga tidak memungkinkan terjadinya  pertukaran data dalam suatu alamat ip bila translasi alamat ipnya belum  didaftarkan dalam table nat. Translasi Static terjadi ketika sebuah  alamat lokal (inside) di petakan ke sebuah alamat global/internet  (outside). Alamat local dan global dipetakan satu lawan satu  secara statik. NAT secara statis akan melakukan request atau pengambilan  dan pengiriman paket data sesuai dengan aturan yang telah ditabelkan  dalam sebuah NAT .
- Pengertian NAT Tipe Dinamis
NAT dengan tipe  dinamis menggunakan logika balancing atau menggunakan logika pengaturan  beban, di mana dalam tabelnya sendiri telah ditanamkan logika  kemungkinan dan pemecahannya, NAT dengan tipe dinamis pada umumnya  dibagi menjadi 2 jenis yaitu NAT sistem pool dan NAT sistem overload.
- Pengertian NAT Sistem Pool
NAT dengan sistem pool  atau kelompok menggunakan sebuah tabel NAT dengan logika dinamis,  dimana logika yang ditanamkan dalam NAT tersebut pada umumnya merupakan  logika Fuzzy atau jika lambang yang nilai translasinya belum pasti,  dimana dalam sistem pool, suatu request belum tentu akan melewati  jaringan yang sama bila melakukan request yang sama untuk kedua kalinya,  Translasi Dinamik terjadi ketika router NAT diset untuk memahami alamat  lokal yang harus ditranslasikan, dan kelompok (pool) alamat global yang  akan digunakan untuk terhubung ke internet. NAT dengan sistem pool  biasanya sering dimanfaatkan untuk melakukan balancing atau  penyeimbangan beban pada jaringan.
- Pengertian Nat Sistem Overload
NAT dengan sistem  Overloading menggunakan logika dimana request atau permintaan dari  banyak client atau banyak alamat dioperkan atau diberikan ke satu alamat  ip distribusi. Sejumlah IP lokal/internal dapat ditranslasikan ke satu  alamat IP global/outside. Sejumlah IPlokal/internal dapat ditranslasikan  ke satu alamat IP global/outside. Hal ini sangat menghemat penggunakan  alokasi IP dari ISP. Sharing/pemakaian bersama satu alamat IP ini  menghemat penggunaan alokasi IP dari ISP. Sharing/pemakaian bersama satu  alamat IP ini menggunakan metoda portmultiplexing, atau perubahan port  ke packet outbound. Penggabungan sistem overloading dan sistem pool  telah dilakukan oleh banyak produsen router dan menghasilkan logika yang  banyak digunakan untuk load balancing saat ini yaitu Round Robbin Load  Balancing, dimana logika ini melakukan pengiriman request secara  berurutan, secara bergantian ke alamat gateway yang telah ditanamkan  dalam tabel NAT sebelumnya, sehingga suatu multireuest dari sebuah  alamat ip dapat melalui lebih dari satu alamat distribusi, penerapan ini  dapat dilakukan dalam penggunaan DualWan Router, selain itu logika ini  juga memiliki logika Fail Over, dimana bila suatu alamat distribusi  tidak dapat lagi mengirimkan paket maka paket akan dialihkan ke alamat  distribusi yang lain.
 
0 Response to "Jaringan Dasar"
Posting Komentar